Jatuh cinta itu persis kau naik gunung, tiba2 terjerambab ke dalam
jurang dalam, meluncurnya mudah, tapi susah payah merangkak naik
kembali.
Jatuh cinta itu persis seperti komputer atau HP kau tiba2 terkena virus, kena-nya gampang, tapi memperbaiki, servis datanya susah kali–bahkan tetap tidak bisa diperbaiki hingga kapan pun.
Jatuh cinta itu sama dengan kau naik mobil cepat, kau gas kencang, jalan landai, tiba2 rem-nya blong. Mobil kau melaju tak terkira, susah payah menghentikannya. Bahkan harus menabrak sana-sini, kau patah hati.
Maka, pahamilah resikonya
Rasa sakit di hati itu hanya ibarat kabut di pagi hari. Tunggulah matahari tiba, maka dia akan hilang bersama siraman lembut cahayanya.
Rasa sakit di hati itu hanyalah ibarat kabut pagi.
Tidak pernah mengubah hakikat indahnya pagi. Bahkan bagi yang senantiasa bersyukur, dia akan menari (meski sambil menangis) di tengah kabut. Dan itu sungguh tarian indah. Tarian penerimaan.
Jatuh cinta itu persis seperti komputer atau HP kau tiba2 terkena virus, kena-nya gampang, tapi memperbaiki, servis datanya susah kali–bahkan tetap tidak bisa diperbaiki hingga kapan pun.
Jatuh cinta itu sama dengan kau naik mobil cepat, kau gas kencang, jalan landai, tiba2 rem-nya blong. Mobil kau melaju tak terkira, susah payah menghentikannya. Bahkan harus menabrak sana-sini, kau patah hati.
Maka, pahamilah resikonya
Rasa sakit di hati itu hanya ibarat kabut di pagi hari. Tunggulah matahari tiba, maka dia akan hilang bersama siraman lembut cahayanya.
Rasa sakit di hati itu hanyalah ibarat kabut pagi.
Tidak pernah mengubah hakikat indahnya pagi. Bahkan bagi yang senantiasa bersyukur, dia akan menari (meski sambil menangis) di tengah kabut. Dan itu sungguh tarian indah. Tarian penerimaan.
*Tere Liye